Jumat, 04 Maret 2011

sehelai kisahmu......I love my Father

02 Maret 2011 jam 21:46
Adzan subuh sudah menggema. Sayup sayup terdengar pelan suara adzan muadzin. Kentungan bamboo bersautan dari surau yang  lain diantara adzan  tak terdengar lagi. Beberapa ayam sudah selesai rapi menunaikan tugasnya. Berkokok untuk membangunkan  setiap penduduk kampung. Mataku sedikit lebih segar dibandingkan kemarin. Badanku terasa sangat pegal, karena keletihan. Ku lihat istriku sudah sibuk mengaduk kuali  yang berisi beras. Anakku masih tertidur lelap. Ku tatap wajahnya yang masih lucu dan menggemaskan, kucium keningnya  sembari kuharap masa depan yang gemilang untuk anakku tersayang “jadi anak yang sholehah ya nak…” yach apalagi yang bisa kukatakan menurutku aku tak punya banyak harta untuk membuat dia cukup secara materi akupun tak tahu di akan seperti apa nanti ketika dewasa. Ah!!! Aku berdiri , kulangkahkan kakiku menuju surau untuk bersimpuh kepada Allah dan tidak ada yang bisa menjadi titik harapanku  selain kepada Tuhanku
 Pagi ini tak terlihat mendung meski masih gelap. Bintang kecil dilangit satu persatu berpamitan seperti terjadwal bergilir dengan matahari. Setelah sholat subuh di surau. Harapan  yang tersemat adalah anak dan istriku  bisa makan dengan kenyang. Pelan ku buka pintu depan. Aku berjalan menuju dapur. Alhamdulillah ada segelas teh hangat buatan istriku yang bisa ku minum. Sangat lebih dari cukup untuk menghangatkan badanku yang dingin  pagi ini. Aku lihat istriku masih sibuk dengan pekerjaannya. Sambil kusiapkan beberapa alat aku pamit.
” Aku pergi dulu ya…” kataku sembari melangkah ke pintu belakang.
“ iya, nanti sarapannya kubawakan ke ladang…” jawab istriku sambil tersenyum.
Jalan masih sepi. Jalan setapak yang menanjak adalah rute yang biasa ku lewati.
 “Menurutku ini halal. Bukankah Allah menjamin keberkahan dari setiap kepala keluarga yang memberi nafkah keluarga dengan cara halal?”. Menc oba menyemangati diri sendiri. Udara masih sangat dingin. Aku masih berjalan menyusuri  jalan  menuju ladangku.
Aku melakukan apasaja, mengolah apa saja yang bisa menghasilkan. Impianku hanya satu membahagiakan keluargaku, setidaknya itu sudah cukup.  Aku sudah terasa sedikit lelah tidak terasa aku sudah berjalan 2 Km dengan jalan menanjak. Aku lihat masih banyak rumput pengganggu. Dan kulihat  pohon buah di kebunku. Aku menyusuri pelan, supaya tidak terkena duri yang tajam atau hewan berbahaya. Aku lihat semuanya satu persatu tak ada buah yang masak.  Tanpa berfikir panjang aku langsung mengambil cangkul disebelah pohon mangga
“Ya..sebaiknya aku melanjutkan pekerjaanku mencangkul, sebelum benih kopi meninggi  karena tidak segera dipindahkan dari bedeng “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar