Konsep
Berfikir Bloom (Pakar Pendidikan International)
Beberapa
delegasi pelajar Indonesia yang mengikuti pertukaran pelajar di luar negeri
merasakan rata – rata pelajar Indonesia merasa kurang dalam hal praktek namun
unggul secara teori. Padahal teori pendidikan menjelaskan dengan rinci aspek
pembelajaran dan tahapan berfikir sebaiknya memenuhi standar proses berfikir
dan evaluasi yang sinergi.
Sebagai
contoh pakar pendidikan Bloom mengungkapkan proses berfikir dimulai dari tahap
pertama remembering ( mengingat )
ini 28 jenis, tahap ke dua understanding ada 21 jenis, tahap ke tiga applying ada
23 jenis. Tahap ke empat analyzing ada 29 jenis, tahap ke lima evaluating
ada 30 jenis, tahap ke enam creating
ada 25 jenis. Konsep Bloom ini menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran. Berdasarkan jumlah buku pembelajaran di Indonesia
rata – rata hanya sampai pada proses remembering dan understanding. Itu hanya
dari buku belum proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas
Proses
mencerdaskan bangsa bukan perkara mudah dan cepat. Butuh proses jika proses
Bloom diterapkan secara maksimal maka dengan mudahnya Indonesia akan menjadi
bangsa pencipta produk bukan pemakai produk. Survey yang dilakukan oleh dr.
Andhyka P.Sedyawan seorang master coach dari American Broad of NLP
menyatakan perbandingan otak Indonesia dihargai paling mahal dibandingkan otak
dari negara lain. Ini menjadi bukti bahwa orang Indonesia belum semua maksimal
menggunakan proses berfikir sampai tahap
creating.
Kurikulum
yang mencerdaskan bisa dimulai dari level bawah misalnya untuk proses skill
beberapa sekolah international dan sekolah alam sudah mulai mengembangkan
konsep berfikir inquiry. Dibidang sains level taman kanak – kanak (TK) sudah
mulai dipelajari meskipun dengan cara sederhana.
Metode
sains seperti :
1.
Meminta siswa
untuk mengidentifikasi masalah
2.
Memberikan
hipotesis
3.
Menyebutkan
variabel
4.
Menguji
hipotesis
5.
Mengumpulkan
data
6.
Mengatakan
kesimpulan yang diperoleh
Kemudian
proses skill yang dikembangkan meliputi “
1.
Observing
2.
Communicating
3.
Classifying
4.
Estimating
and meansuring
5.
Infering
6.
Predicting
7.
Makin
definition
8.
Making
using models
9.
Giving
hypotheses
10. Collecting data
11. Controlling variables
12. Experimentating
Kurikulum
pendidikan di Indonesia tentang membaca pun belum ada padahal pemerintah sudah
dengan tegas menggalakkan membaca. Ini seperti meminta masyarakat cerdas secara
instan. Sedangkan masyarakat sendiri tidak tahu harus melakukan apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar