Pertama
kali mendengar sekolah alam bagaimana persepsi anda? Ketika bertemu dengan
orang dalam perjalanan yang membahas sekolah alam mempunyai persepsi yang
berbeda ketika sekilas mendengar nama sekolah alam. Sekolah alam itu sekolah
yang santai, sekolah yang banyak kegiatan bermain, sekolah yang di alam
terbuka, sekolah tanpa gedung, sekolah yang mencangkul melulu, sekolah anak
bandel, sekolah yang bebas dan lain sebagainya. Itulah persepsi banyak orang. jika sekolah alam itu buku maka orang hanya baru melihat sampul depan sekolah alam. Mari kita kenali lebih dalam dari kurikulum
saja…
Sekolah
alam pertama kali berdiri tahun 1998
dengan perjuangan yang berliku di daerah Ciganjur. Sekarang Ir. Lendonovo konseptor sekolah alam mendirikan
School of universe di Parung – Bogor. Beliau merasakan keresahan akan masa
depan generasi Indonesia. Potret
Pengangguran, kemiskinan dan berbagai masalah sosial lainnya semakin menumpuk
tak kunjung selesai. Apa yang harus diperbaiki ? Dengan usaha yang keras beliau
mulai membuat perubahan. Caranya adalah merubah generasi masa depan menjadi
lebih baik.Sekolah/ Pendidikan satu – satunya jalan untuk meraih semua impian
itu. Ya…impian untuk memperbaiki kualiatas anak negeri ini.
Berkaca
dari generasi orde baru sampai sekarang.
Saya akan mengajak pembaca
menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1.
Masih ingat pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) SD kelas 3
tentang apa? Jika anda ingat berarti anda termasuk anak yang punya ingatan
baik, jika tidak pun bukan berarti anda tidak bisa pintar.
2.
Berapa kali anda mengerjakan PR (Pekerjaan rumah)dari sekolah? Saya
percaya banyak yang kebanjiran PR sehingga pagi sekolah mengerjakan ulangan,
lalu sorenya sampai malam duduk
manis menuntaskan PR.
3.
Apakah sewaktu anda sekolah dari SD – SMA sudah menghasilkan produk
yang bermanfaat?
4.
Sudah aplikatifkah ilmu yang kita pelajari dari SD –SMA ketika
bermasyarakat?
5.
Apakah anda belajar dengan cara duduk manis, diam, dengar,
kerjakan, ujian tulis lalu pulang?
6.
Adakah anda atau teman anda yang tidak mendapatkan peringkat 1
dengan nilai mentereng 9 dan 10 dikatakan bodoh? Dan sebaliknya yang
mendapatkan nilai 9 dan 10 dikatakan pinter.
7.
Mana yang lebih banyak anda ingat, pelajaran SD atau bermainnya ?
Masih banyak pertanyaan yang lain tentang sekolah
era orde baru – sekarang.
Jawaban
anda tidak salah. Semua benar. Sekolah alam muncul di awal 1998 berjalan
perlahan namun pasti. Pertanyaan nomer 7 rata – rata banyak yang menjawab lebih
banyak ingat bermain daripada pelajaran yang diberikan guru di kelas. Itu
artinya belajar dengan cara bermain itu akan lebih menyenangkan untuk anak. Kunci
yang pertama
“Belajar dalam keadaan yang menyenangkan itu
mudah”
Mari
kita ingat lagi. Apakah dulu kita belajar sopan santun di rumah? Jika
sekolahnya di MI(madrasah Ibdtidaiyah) anak mendapatkan pelajaran akidah
akhlaq. Tapi saya yakin lebih banyak teori. Apalagi yang disekolah umum.
Kebanyakan akhlaq dipelajari oleh anak di rumah bersama orang tuanya. Di
sekolah akhlaq bukan prioritas. Hasilnya bisa dilihat sekarang. Lihatlah
panggung politik banyak praktek KKN. Korupsi, kolusi dan nepotisme semkin
menjadi lalu terbentuklah KPK. Misalnya kalau akhlaqnya baik bisa saja KPK
tidak terbentuk cukup berani berkata jujur dengan mengatakan “ Iya saya ambil
uang rakyat , saya akan kembalikan”. Nah selesai tanpa proses yang panjang.
Coba lihat siapa yang duduk di kursi pemerintahan siapa mereka? Pasti dulu anak
yang pinter, rajin belajar, selalu juara
bahkan nilai raportnya mentereng angka 9 dan 10 tetapi kenapa meraka
KKN?
Sekolah
alam meletakkan akhlaq di urutan pertama. Diantaranya masuk kedisplinan, besih,
jujur, rapi, ramah, teliti, pemaaf, saling menolong dan lain lain. Dan akhlaq
hanya bisa dibiasakan hingga mengakar dan mendarah daging menjadi karakter.Tidak
sekedar teori yang hanya dipelajari kemudian berakhir di selembar kertas ujian.
Ada lagi misalnya belajar tepat waktu ketika datang ke sekolah. Bersih dengan
cara membuang sampah pada tempatnya.
“Akhlaq itu menjadi kurikulum yang pertama
untuk sekolah alam”
Penah
tidak ada pelajaran “Belajar bagaimana cara membaca yang kritis ” di waktu anda
SD? Saya yakin ada akan menjawab TIDAK. Yach ! kita hanya belajar membaca bukan
belajar cara membaca yang kritis padahal
setiap umur ada perkembangan kemampuan membaca dari Pra convensional mulai
usia 3 hingga tahapan membaca independent usia 15 tahun. Jika mengikuti
tahapan ini usia 16 tahun bisa menerbitkan buku. Sekarang kita pun masih
mencari bagaimana cara menulis yang baik, bagaimana cara membaca yang
baik. Terbukti betapa kecilnya minat baca di
Indonesia.Mall lebih ramai dikunjungi dari pada perpustakaan. Jumlah buku yang
terbit pun terbatas. Apalagi jumlah peneliti di Indonesia masih bisa dihitung. Bagaimanapun
membaca itu sangat penting.sesuai dengan
QS. AL –Alaq “ Iqra” Bacalah.
Knowledge (pengetahuan menjadi kurikulum kedua)
Kapan
anda belajar menjadi pemimpin? Mungkin waktu masih SMP, SMA atau kuliah.
Padahal belajar kepemimpinan itu mulai sejak kecil. Contoh kecil pemimpin harus
bisa sportif. Ketika masih kecil anda jatuh lalu orang dewasa disamping ada panik
karena anda menangis jerit kesakitan.
Yang dilakukan oleh orang dewasa itu yang pasti menolong anda. Sambil menolong
mengucapkan” Cup cup Nak…jatuh ya…huh! Batunya nakal”(sambil pura – pura
memukul batu ). Ini salah satunya “Menyalahkan” Adalah sikap yang kurang pas
untuk menyelesaikan masalah tanpa masalah. Lalu pernahkah sesekali terlibat
dalam pengambilan keputusan sederhana di rumah? Misalnya “ Nak, lebih baik kita
beli mainan dulu atau buku dulu?” Kemudian anak menjawab berdasarkan pilihanya.
Tentunya pilihan seperti ini tetap harus dibertahu prioritas, keuntungan dan
konsekuensinya. Sehingga anak berfikir. Ini
belajar leadership secara sederhana. Manusia hidup dengan leadership minimal
mampu memimpin diri sendiri.
Leadhership menjadi kurikulum ke tiga
November
Tahun 2001 tepatnya saya masuk SMA. Saya sempat terfikir pekerjaan apa yang pas
dengan skill anak yang lulus SMA ketika setiap hari yang saya pelajari hanya di
bangku saja? Apakah ada terfikir demikian? Lalu seorang teman mengatakan kalau
di SMA harus kuliah dulu baru kerja. Kalau di SMK bisa langsung kerja.
Pertanyaan saya waktu itu adalah kenapa pemerintah tidak mencetak kurikulum
yang terintegrasi antara teori dan praktek. Hanya beberapa saja yang lulus SMA
bisa mandiri selebihnya berusaha entah modal sendiri, bekerja pada orang lain
atau kuliah. Padahal secara umur lulus SMA itu dikatakan usia remaja 17-18
tahun. Jika jiwa bisnis itu sudah terasah sejak usia TK maka selepas SMA jika
anak masih terus berbisnis dia aka mandiri secara financial selepas lulus SMA.
Maka Kurikulum ke empat sekolah alam adalah
entrepreneurship
Saya
pernah mendengar kisah tentang 2 anak remaja si A tidak terlalu pintar di dalam
kelas namun dia selalu aktif terlibat di organisasi OSIS disekolahnya. Saking
aktifnya si A sering diingatkan untuk meningkatkan nilainya. Al hasil si A
tetep belajar dan nilainya hanya mentok di angka cukup alias 7.
Si B
anak yang rajin belajar waktuya habis untuk belajar.bahkan waktu bermain habis
untuk mengerjakan PR. Hasilnya cukup terlihat di raport nilainya 9 semua. “Wow,
Hebat !” banyak yang memuji seperti itu.
Kira – kira menurut anda siapa yang lebih
disebut pintar si A atau si B?
Nah 2
anak diatas sama – sama hebat yang si A punya kecerdasan interpersonal yang
baik sehingga lebih suka berorganisasi. Sementara si B lebih cerdas dibidang
akademik. Jika anda sebagai pendidik berhentilah membuat rapot angka! Karena
angka itu penilaian yang menjebak! Buatlah portofolio untuk anak didik anda. Itu akan jauh lebih
baik dibanding dengan raport angka
Kurikulum
yang padat menjadi targetan guru untuk menyelesaikan materi yang ditetapkan
oleh pemerintah. Akibatnya PR (pekerjaan rumah ) makin hari makin banyak.
Saya
sempat membayangkan seandainya semua lulusan SMA /SMK semua punya skill
keilmuan (teori dan praktek seimbang). Kemudian lulusan S1 baru bisa diwisuda
ketika mereka bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sepertinya tidak aka nada lagi yang namanya
pengangguran. Bagaimana dengan sekolah alam?
Sekolah
alam punya kurikulum bisnis sehingga anak akan bisa hidup mandiri ketika mereka
usia 16 tahun . dihitung dari 6 tahun SD, 2 tahun SM (sekolah menengah 1,2) ini
setara dengan SMP dan 2 Tahun SM (sekolah menengah 3, 4) setara dengan SMA.
Karena bisnis menjadi kurikulumnya maka bisnis menjadi skill yang wajib
dikuasai oleh anak – anak.
Perlu digaris bawahi peran guru begitu penting
untuk mencetak generasi yang berkualitas. Siapakah guru itu? Yang dimaksud guru
di sini tidak hanya guru yang mengajar di dalam kelas ada orang tua, dan
masyarakat mereka semua adalah guru bagi
anak – anak. Semuanya harus bersinergi.Jika
diibaratkan permainan sepak bola orang tua adalah penjaga gawang untuk soal
pendidikan. Pendidikan terbaik dimulai dari rumah bukan
dari sekolah. Sekolah menjadi penting karena menjadi pendukung utaman
pendidikan di rumah.
Saatnya
berbuat untuk perubahan generasi mendatang yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar