Alam memang begitu sangat indah. Aku merasa sekolah begitu
sangat penting, bahkan sakit separah apapun aku selalu minta untuk sekolah.
Istilahnya jangan harap aku akan bolos sebelum terbaring di rumah sakit.
Sekolah sangat menyenangkan.
Namun selama perjalanan sekolah dari SD – SMA banyak sekali
perombakan kebijakan pendidikan. aku tak sempat memikirkan apa itu yang penting
aku masih bisa belajar, tidak ada masalah. Lama – lama aku seperti menjadi
kelinci percobaan para pembuat kebijakan pendidikan.
Setiap hari aku datang ke ruang BK. Bukan karena aku punya
masalah terkait perilaku tetapi aku mencari jawaban kenapa ganti kebijakan
berulang kali. Mula – mula aku membawa korang ke BK. Aku tunjjukkan berita yang
menjadi headline news “BANYAK SISWA GAGAL UN” apalagi daerah terpencil.
Aku masih duduk di kelas dua. Kebetulan aku sudah tinggal di
kos. Ada senior yang menjelang ujian bingung bagaimana belajarnya. Ditarget 3,0
kurang dari itu tidak lulus. Meskipun hanya tiga tapi jika dipaksakan hasilnya
juga tidak maksimal.
Aku sering bertanya ke BK kenapa ujiannya hanya tiga mata
pelajaran padahal dulu waktu saya SD dan SMP tidak begitu, bahkan aku dulu tidak ditarget 3,0 hasilnya
malah lebih bagus dan memuaskan.”Kenapa? “ Guru BK di sekolah pun segera
menjelaskan permasalahan pendidikan Indonesia versi beliau. Dan kami menjadi
sering berdiskusi masalah pendidikan yang carut – marut di Negara ini.
Tahun berikutnya aku yang merasakan kepanikan yang luar
biasa. Berita di koran nasional banyak menyoroti kebocoran soal, guru yang
membantu menjawab soal dengan sms, banyak guru yang mengajari siswa mencontek
dan lain sebagainya. Berita pendidikan yang jauh dari nilai pendidikan.
Kali ini aku memang merasakan kepanikan luar biasa. Tidak
seperti ujian SD dan SMP, waktu itu aku merasa sangat santai dan aku tinggal
menyesuaikan dengan target nilai yang sudah kurencanakan. Tapi kali ini seperti
didorong sekuat tenaga oleh kebijakan yang menurutku sangat mengganggu.
Meskipun hanya 4.0 naik setingkat dibanding tahun 2003
Proses pendidikan dalam rentang waktu 1998 – sekarang sering
berganti kebijakan. Dari kurikulum berbasis kompetensi, KTSP, dan lain – lain
menjadi momok untuk siswa guru dan orangtua. Entah ada kebijakan terselubung
atau tidak yang jelas dilapangan banyak muncul pendidikan alternatif dan
lembaga bimbingan belajar menjamur dimana – mana.
Faktanya beberapa sekolah memang mempunyai kualitas yang
lebih baik karena SDM yang ada didalamnya cepat belajar menangkap perubahan
kebijakan pendidikan namun ada sekolah yang tampak selalu panic dan bingung
harus melakukan apa untuk mengejar ketertinggalan dari kebijakan baru yang
terus berganti.
Pad akhirnya aku mengerti bahwa pendidikan seharusnya memang
harus orang yang ahli yang menggarapnya…
Tulisan yang bagus...
BalasHapusTerimakasih..silahkan beri masukan,, sy masih belajar
BalasHapus